Pages

Rabu, 21 Desember 2011

Jilbab dan Cadar Muslimah menurut Al-Qur’an dan Sunnah

Dalam pembagian agama menurut bentuk sumbernya, Islam dikategorikan sebagai agama teks; dalam arti bahwa asas-asas umum yang menjadi landasan berdirinya agama tersebut bahkan juga doktrin-doktrinnya didasarkan pada dua teks yang otoritatif yakni al-Qur’ān dan al-Hadīs.1 Umat Islam sendiri telah bersepakat bahwa hadis Nabi SAW merupakan interpretasi praktis terhadap Al-Qur’an serta implementasi realistis dan ideal Islam.2 Dengan demikian kedudukan hadis sebagai sumber hukum kedua setelah al-Qur’an tidaklah dapat kita pungkiri sebagai umat Islam.3 Bahkan al-Syāfi’iy mengeluarkan tesis sebagaimana dikutip Daniel W. Brown4 bahwa sunnah5 berdiri sejajar dengan Al-Qur’an dalam hal otoritas karena “perintah Rasulullah adalah perintah Allah.”
Mengingat begitu besarnya kedudukan hadis di samping al-Qur’ān maka keberadaan dan autentitas hadis yang benar-benar berasal dari Nabi SAW menjadi kebutuhan yang signifikan; sehingga dalam hal ini para ulama dari kalangan sahabat dan setelahnya melakukan berbagai upaya berupa penelitian atau kritik hadis.Hal ini terbukti dengan adanya usaha dari para sahabat dalam meletakkan pedoman periwayatan hadis untuk memastikan keabsahannya serta tentang para rijal-nya.6 Seiring dengan berjalannya waktu, keilmuan hadis turut mengalami perkembangan dengan munculnya berbagai metode yang lebih baik dan tajam karena semakin kompleksnya masalah yang menyelimuti hadis, di antaranya karena terjadi pemalsuan hadis7 baik yang didasari oleh kepentingan politik, agama (dakwah) ataupun kepentingan yang lainnya, juga kondisi (intelektual dan kualitas) periwayat hadis itu sendiri yang menuntut dilakukannya penelitian.
Pada abad ke-19 di mana hegemoni Barat yang berkaitan dengan kelemahan politik dan agama menguasai sebagian besar dunia muslim, maka masyarakat muslim terdorong untuk mengadakan reformasi kelembagaan hukum dan sosial Islam baik untuk mengakomodasi nilai-nilai Barat maupun untuk memulihkan kekuatan Islam. Desakan reformasi ini menghasilkan tekanan untuk mengkaji kembali pondasi esensial kewenangan agama dalam Islam. Keprihatinan mengenai hadis Nabi SAW menjadi titik pusat dalam proses pengkajian ini.8 Dengan demikian penelitian kembali terhadap hadis mendapatkan tempat yang penting dalam khasanah keilmuan Islam di samping upaya penafsiran al-Qur’an, tak terkecuali pembahasan seputar hadis yang berhubungan dengan masalah jilbab.
Berbicara masalah jilbab tidak akan pernah lepas dari pembicaraan masalah wanita dan kedudukannya. Sedangkan  kajian tentang kedudukan wanita dalam Islam termasuk dalam bidang yang sensitif; karena persoalan wanita adalah persoalan masyarakat, persoalan masyarakat adalah persoalan umat dan negara. Maka pandangan masyarakat terhadap wanita dari masa ke masa tidak lepas dari tiga macam, yakni: pertama, masyarakat yang menghinakan kaum wanita sebagaimana yang terjadi pada masyarakat jahiliyah, masyarakat Mesir kuno, dan lain-lain. Kedua, masyarakat yang selalu memanjakan kaum wanitanya, sebagaimana yang terjadi pada masyarakat zaman kolonial Belanda di mana para wanita cantik pada saat itu dipenuhi semua kebutuhannya yang dapat menambah kecantikannya, namun mereka hanya dijadikan sebagai barang permainan yang tidak boleh dinikahi serta tidak mendapatkan hak apapun. Ketigaadalah masyarakat yang menghendaki emansipasi9 yakni masyarakat yang menghendaki persamaan derajat antara pria dan wanitanya.
Pengertian emansipasi ini sering menjadi kabur sehingga menghasilkan sifat dan tabi’at serta budi pekerti yang bertentangan dengan ajaran Islam. Orang sering memahami emansipasi dengan persamaan total antara laki-laki dan perempuan.10 Dalam pandangan Islam, wanita mempunyai tempat dan kedudukan terhormat sehingga mereka mempunyai persamaan dan tanggung jawab yang sama. Di antara penghormatan Islam terhadap wanita adalah dengan disyaria’atkannya jilbab bagi para muslimah, karena dengan demikian para wanita tidak menjadi bahan “tontonan” kaum lelaki yang bukan mahramnya.
Namun akibat perkembangan zaman, terjadilah perubahan standar moral dalam kehidupan masyarakat sehingga dekadensi moral dan rusaknya perilaku umat tidak dapat dihindari.Salah satu kerusakan yang semakin hari semakin tampak adalah semakin jauhnya perilaku kehidupan wanita dari nilai-nilai keislaman.11 Dalam hal kewajiban berhijab atau berjilbab, banyak di antara muslimah dibuat rancu dengan penafsiran-penafsiran yang muncul baik dari kalangan Islam sendiri maupun dari luar Islam. Sehingga benarlah perkataan al-Żahabi sebagaimana dikutip Salim bin I’d al-Hilaliy bahwa hati itu lemah sedang syubhat adalah pencuri.12 Banyak sekali tulisan yang mengulas masalah hijab ataupun jilbab wanita muslimah dengan berbagai pendekatan dari berbagai latar belakang intelektual dan mażhab penulisnya.
Dalam skripsi ini peneliti berusaha mengeksplorasi pemikiran Muhammad Nāşiruddin al-Albāniy13 dan Muhammad bin Şālih al-’Usaimīn14 seputar jilbab wanita muslimah. Keduanya merupakan ulama kontemporer dilihat dari masa atau zaman hidupnya-yakni sekitar abad 20; dan jika dilihat dari sisi pemikirannya, keduanya menggunakan manhaj atau metode ahlus sunnah wal jama’ah15 dalam menafsirkan ayat al-Qur’ān dan sunnah. Kedua tokoh ini berusaha memahami makna dari ayat-ayat maupun hadis seputar jilbab muslimah dengan mengembalikan pada pemahaman para al-Salaf al-Şālih.Namun demikian, hasil yang mereka peroleh dari pemaknaan ayat maupun hadis seputar jilbab wanita muslimah terdapat beberapa persamaan dan perbedaan yang menarik untuk dilakukan penelitian.
Bagi al-Albāniy pembahasan seputar jilbab muslimah merupakan hal yang sangat penting karena telah banyak wanita yang notabene muslimah terpedaya dengan peradaban Eropa. Para muslimah ini akhirnya bersolek dengan cara “jahiliyah pertama” dan menampakkan anggota tubuh mereka yang sebelumnya mereka malu untuk menampakkannya kepada bapak dan mahramnya.16
Fenomena inilah yang mendorong al-Albāniy untuk melakukan kajian yang serius tentang pakaian muslimah (baca: jilbab) dengan membuat beberapa syarat jilbab yang sesuai dengan syariat. Syarat-syarat tersebut beliau buat agar muslimah mempunyai pegangan yang jelas tentang pakaian yang sesuai dengan maksud syar’iy- meskipun sebagian syarat yang beliau buat tidaklah mutlak hanya untuk para wanita muslimah tetapi juga bagi laki-laki muslim.
Dalam masalah cadar (niqab), al-Albāniy menegaskan bahwa cadar tidaklah wajib tetapi sunnah dan mustahab, dimana wanita yang mengenakan cadar berarti ia telah mngikuti jalan yang ditempuh istri-istri Rasulullah saw (ummāhatul mukminīn). Dalam kitabnya “Jilbāb al-Mar’ah Muslimah fi al-Kitāb wa al-Sunnah” al-Albāniy juga memberikan bantahan bagi mereka yang mewajibkan cadar.Menurut al-Albāniy, Jilbab adalah kain yang dipakai wanita di atas khimarnya.17
Lain halnya dengan al-Albāniy, al-’Usaimīn dalam karyanya “Risālah al-Hijāb” mengatakan bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad saw untuk menyempurnakan akhlak. Adapun di antara akhlak yang disyariatkan ialah rasa malu,  sedangkan di antara jalannya adalah dengan berhijab serta menutup wajah karena wajah adalah sumber dari fitnah. Dengan kata lain al-’Usaimīn menyatakan bahwa wajibnya menutup muka atau mengenakan cadar bagi muslimah merupakan manifestasi dari ayat-ayat dan hadis-hadis tentang jilbab. Al-’Usaimīn menambahkan, bahwa jika Allah memerintahkan untuk menjulurkan jilbab wanita muslimah sampai ke dada dan kaki-kaki mereka, tentunya menutupkan jilbab ke muka mereka itu lebih penting.18 Hal ini disebabkan karena wajah adalah sumber bagi orang lain untuk dapat mengatakan bahwa fulanah cantik.
Al-’Usaimīn dalam bukunya, selain memberikan definisi jilbab yang sama dengan al-Albāniy, juga menegaskan bahwa cadar adalah wajib bagi wanita muslimah dan memberikan bantahan bagi mereka yang menyelisihi pendapatnya. Baik al-Albāniy maupun al-’Usaimīn, keduanya mengembalikan masalah jilbab ini kepada al-Qur’ān dan Sunnah serta asar para sahabat dan salafussalih. Keduanya  melakukan kajian tentang masalah jilbab karena merasa prihatin dengan kondisi umat Islam saat ini khususnya para muslimah yang mulai meninggalkan perintah syariat yang diturunkkan Allah untuk menjaga kesucian mereka dan mengangkat derajat mereka..
Berdasarkan pemaparan di atas peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pemaknaan dan pemikiran kedua tokoh tersebut seputar jilbab muslimah.Hal ini disebabkan karena di antara kedua tokoh ini terdapat beberapa persamaan dan perbedaan pemikiran yang signifikan dalam memahami ayat maupun hadis seputar jilbab muslimah. Alasan lain yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian masalah jilbab adalah karena pembahasan seputar  topik ini terus menarik untuk dilakukan pengkajian, di mana umat Islam sedang berada dalam kondisi yang memprihatinkan dan menjadi tempat persemaian bagi orang yang mengkampanyekan “slogannya”. Sehingga dalam keadaan ini tumbuhlah berbagai kebatilan dan orang-orang munafik turut berbicara dalam urusan umat ini, yang akhirnya muncul anggapan di antara wanita muslimah bahwa jilbab telah mengekang hidup dan karirnya. w

CARA MENJAHIT BET SERAGAM SEKOLAH DENGAN RAPI

Musim-musim awal pembelajaran seperti sekarang ini, banyak para ibu yang kebagian tugas untuk menjahit bet seragam anaknya. Mungkin masalah menjahit bet seragam ini kelihatan sepele dan tidak terlalu mendapat perhatian, tapi kalo bet seragam ini menjahitnya kurang rapi, tentunya akan mengurangi kerapian seragam yang dipakai. Selain itu bet yang bentuknya melengkung, bersegi-segi, tentunya akan menyulitkan kita dalam menjahitnya.
Disini saya akan berbagi tips / trik menjahit bet agar hasilnya rapi dan langkah-langkah menjahitnya pun mudah

  • Pertama tama yang harus kita lakukan tentunya menyiapkan bet yang akan dijahit, pakaian yang akan ditempeli bet dan kain lapisan tipis yang tembus pandang
  • Gunting lapisan seperti bentuk bet (gambar 1)
  • Tempelkan lapisan diatas bagian baik bet karena kain lapisannya tipis maka kita bisa melihat gambar bet dibawahnya (gambar 2)
  • Jahit pinggir bet kira-kira berjarak 2 milimeter dari garis pinggir bet gunanya adalah untuk memberi jarak lipatan agar pas dibalik garis pinggir bet tidak ikut terlipat kebawah.
  • buat lubang ditengah lapisan caranya tarik lapisan dari bet dan gunting pas ditengah gunanya untuk membalik bet ke bagian baik (gambar 3)
  • sebelum dibalik rapikan dulu pingirnya, gunting ujungnya agar tidak terlihat tebal saat dibalik, serta jangan lupa memberi guntingan vertikal pada bagian yang melengkung (gambar 4)
  • Balik melalui lubang dilapisan yang sudah kita buat tadi dan rapikan ujung-ujungnya, kalau perlu kita seterika dulu agar rapi sebelum dipasang




  • Sedangkan untuk cara pemasangannya, paskan ditempat yang ingin dipasangi bet, luruskan bagian atas dan bawahnya , jangan sampai miring setelah itu semat dengan jarum pentul dan jahitlah, atau untuk lebih praktisnya setik renggang secara vertikal bet tersabut seperti gambar dibawah ini



  • Jahit mengikuti pinggir bet, tapi jangan memulainya pas disudut karena akan menimbulkan bet mudah terkelupas saat pinggir jahitannya sedikit terlepas, mulailah dari agak ketengah (lihat gambar dibawah ini) agar pertemuan jahitan kelilingnya tidak dibagian sudut, hal inijuga akan membuat jahitan kita terlihat lebih rapi 




  • Lepas jarum pentulnya / setikan renggang vertikalnya dan seterikalah
  • Nah bet kita sudah terjahit dengan rapi dan siap untuk dipakai ke sekolah


CARA MENJAHIT RESLETING JEPANG

Oleh karena banyak teman-teman yang bertanya tentang bagaimana cara menjahit resleting jepang, maka disini saya akan menjelaskan langkah-langkah menjahit resleting jepang. Sebenarnya menjahit resleting jepang itu sangat mudah, hanya saja bagi teman-teman yang baru belajar menjahit mungkin mengalami kesulitan karena mereka menjahitnya dengan sepatu mesin yang biasa. Perlu teman-teman ketahui bahwa menjahit resleting jepang itu harus menggunakan sepatu khusus untuk menjahit resleting jepang ini. Untuk mendapatkannya sangat mudah, tinggal beli aja ditoko alat jahit, harganya murah kok, gak sampai Rp 5000. Bentuknya seperti gambar dibawah ini :

LANGKAH-LANGKAH MENJAHIT RESLETING JEPANG
  • Pertama-tama siapkan bahan yang akan dipasangi resleting, ukur sepanjang resleting beri tanda lalu satukan (jahit) bagian bawah releting (bagian dibawah yang telah kita tandai tadi.
  • Jahit pinggir resleting bagian kiri dan kanan


  • Ganti sepatu mesin jahit anda dengan sepatu khusus untuk menjahit resleting jepang

gantilah 
  • Jahit resleting dengan sepatu khusus untuk menjahit resleting jepang dengan cara menjepitkan gigi-gigi resleting ke salah satu lubang yang tersedia di sepatu tersebut caranya jika menjahit belahan resleting sebelah kanan maka masukkanlan ke lubang sebelah kiri dan begitu sebaliknya (lihat gambar dibawah ini)


Belahan sebelah kiri


Belahan sebelah kanan

  • Nah Jadi deh 

Bagian depan


Bagian Belakang

MACAM-MACAM MODEL BAJU HAMIL

Bahan yang cocok untuk busana perempuan hamil adalah bahan yang dapat menyerap air, sehingga memberikan rasa nyaman pada si pemakai. Model busana terusan cocok dibuat dari bahan yang bertekstur sedang, tidak tebal tetapi juga tidak terialu tipis. Pilihan motif dapat menggunakan bahan bermotif kembang atau bahan polos. Untuk busana hamil yang dibuat dari bahan polos, dapat ditambahkan variasi seperti renda, bordir, sulaman, dan pemanis atau aksen lainnya.
Model atas berupa blus yang dipadukan dengan rok, celana panjang, atau kulot dapat dibuat dari bahan yang sama (setelan) atau bahan yang berbeda, tetapi merupakan pasangan dengan kombinasi yang serasi. Untuk bahan blus, pilihlah yang tipis, sedangkan untuk rok, celana, atau kulot dibuat dari bahan yang tebal.
Pilihan jenis bahan tergantung pada tujuan pemakaiannya. Untuk pemakaian sehari-hari dapat menggunakan bahan katun kembang berwarna cerah. Model blus sangat cocok dibuat dari bahan yang bercorak kecil, sedangkan baju terusan bisa dibuat dari bahan yang bercorak lebih besar.
            Busana untuk bepergian dibuat dari bahan yang lebih halus (mahal)seperti bahan ciffon.Rok, celana, dan kulot dibuat dari bahan yang tebai, tetapi tidak kaku seperti bahan tropical. Untuk acara khusus atau pesta, pilihan bahan harus istimewa, seperti sutera atau bahan yang berkesan mewah.


Model A
Baju : terusan dari bahan bergaris dengan garis pinggang ditinggikan. Badan di bagian    atas garis dibuat serong, bagian bawahnya dibuat memanjang. Kerung leher membulat, lengan  setali, belahan di bagian garis tengah muka yang dihias 3 koncing hias.
Rok : berupa rok kerut, bagian sisi rok di bagian bawah dibuat belahan. Pada sisi badan kiri dan kanan dipasang tali yang pemakaiannya diikatkan ke belakang.

Model B
Baju : terusan dengan bentuk A line. Bagian bawah dibuat lebih lebar daripada model A diatas. Garis pinggang ditinggikan. Kerah setengah rebah, lengan licin, belahan di garis tengah, di tengah muka dihias dengan 3 kancing hias.
Rok : berupa rok kerut, dipasang tali pada sisi kiri dan kanan yang diikatkan kebelakang. Pilihan bahan dapat dipilih berupa bahan polos atau berkembang yang sedang ketebalannya
Model C
Baju : terusan dengan garis princes. Tanpa lengan, leher segi empat dengan hiasan pita kecil.
Rok : rok dikembangkan, pada garis princes dibuat lipit sungkup. Dipasang tali di pinggang yang diikatkan ke belakang. Pilihan bahan sebaiknya berupa bahan polos

Model D
Blus : Panjangnya sampai di tinggi duduk. Lengan licin, kerung leher membulat dan membentuk huruf V. Belahan menyerong ke kiri dengan 3 kancing hias. Blus bagian bawah dilebarkan. Bahan sebaiknya dipilih yang bermotif kembang
Rok : Bentuk rok berupa rok suai, dikembangkan di pinggang dan dipasang elastik yang lebarnya kurang lebih 3 cm. Sebaiknya dipilih bahan yang berwarna gelap yang serasi dengan bahan blusnya



Model E
Blus : Panjangnya sampai tinggi duduk. Terdapat pas bahu dengan hiasan lipit jarum. Lengan licin, kerung leher bulat, belahan pada garis tengah muka dihias dengan 3 kancing hias. Badan bagian bawah dibuat lipit searah. Sebaiknya dibuat dari bahan polos
Rok : Bentuk rok berupa rok suai, dikembangkan di pinggang dan dipasang elastik yang lebarnya kurang lebih 3 cm. Pilihan bahan berupa bahan berwarna tua yang serasi dengan blus
Model F
Blus : Panjangnya sampai tinggi dudu. Tanpa lengan dengan kerung lengan berbentuk V. Pas bahu dan di bagian bawahnya terdapat kerutan untuk mengembangkan bagian badan. Model ini dapat memakai bahan yang sedang ketebalanya, polos atau berkembang
Rok : Rok suai, pinggang dikembangkan dan dipasang elastik yang lebarnya kurang lebih 3 cm. bahan yang digunakan berwarna gelap dan agak tebal sesuai dengan blus

Model G
Blus : Panjangnya sampai tinggi duduk. Dengan pas bahu atau dada yang memanjang sampai kurang lebih 5 cm dari pinggang. Di bawah pas bahu atau dada dibuat kerutan., kerah board (shanghai), lengan licin, belahan pada garis tengah muka dengan 3 kancing hias. Badan dikembangkan. Bahan yang dipakai sedang tebalnya, polos atau kembang
Celana : Dari bahan agak tebal berwarna gelap tetapi sesuai dengan blus. Pinggang dikembungkan dan dipasang elastik yang lebarnya kurang lebih 3 cm

Model H
Blus : Panjangnya sampai tinggi duduk. Kerah setengah rebah dengan ujung meruncing. Lengan licin sepanjang tiga per empat lengan, di ujung lengan di buat manset. Belahan pada garis tengah muka dihias dengan 5 kancing hias. Badan dikembangkan. Sisi badan kiri dan kanan bagian bawah dibuat belahan. Pilihan bahan sebaiknya bermotif polos dan berwarna muda
Celana : Bentuk pinggang dikembangkan dan dipasang elastik yang lebarnya kurang lebih 3 cm. Lebar celana bagian bawah (kaki) berukuran sedang. Pilihan bahan polos agak tebal, warna harus sesuai dengan warna blus.

Diposkan oleh Muhammad Zuhan Ismail Marzuqi di kamis, 22 Desember 2011

Jenis-Jenis Kancing

Kancing mempunyai model dan ukuran yang bervariasi. Selain berfungsi sebagai penutup belahan, kancing juga bisa berfungsi sebagai hiasan busana. Ukuran dan model kancing yang beraneka ragam memungkinkan kita dapat memilih kancing yang sesuai dengan pakaian yang dibuat. Kancing ada beberapa macam, antara lain :


1) Kancing jepret.
Kancing ini berukuran agak kecil yang terdiri atas dua bagian. Satu bagian mempunyai tombol dan tipis dan yang satu lagi mempunyai lobang tetapi tidak tembus sampai kebelakangnya. Kancing jenis ini ada yang terbuat dari bahan besi atau stainlesteel dan ada juga yang terbuat dari plastik. Kualitas dari kancing inipun beragam. Untuk membuat busana yang berkualitas baik hendaklah dipilih kancing jepret yang berkualitas bagus. Kancing jepret yang berkualitas rendah adakalanya berkarat jika sudah dipakai dalam waktu yang lama.








2) Kancing bermata. 
Kancing ini sering digunakan untuk pakaian laki-laki dan sering juga disebut kancing kemeja. Bentuk kancing ini bulat dan memiliki lobang tempat memasukkan benang. Ukuran kancing inipun beragam, mulai dari yang kecil, menengah dan besar.







3) Kancing berkaki, 
biasanya digunakan untuk pakaian wanita, baik sebagai hiasan maupun sebagai penutup belahan. Kancing ini banyak jenisnya, ada yang terbuat dari logam dan ada juga yang dibuat dari plastik. Bentuknya mempunyai kaki atau tempat memasukkan benang pada bagian bawah kancing. Warna dan modelnyapun beragam, berubah sejalan dengan perkembangan mode.

4) Hak.Hak 
terdiri atas dua bagian yaitu bagian penyangkut dan bagian penahan sangkutan. Hak ini ada dua macam.
Ada hak yang ukurannya kecil dan ada yang ukurannya agak besar. Hak yang kecil sering juga disebut kancing kait. Biasanya digunakan sebagai pengancing bra, longtorso dan untuk penahan belahan yang dipasangkan pada akhir pemasangan zipper. Hak yang ukuran besar biasanya dipasangkan pada ban pinggang rok atau celana. Hal ini ada yang pemasangannya dilakukan dengan cara dijahitkan dan ada juga dengan jalan ditekan. Hak yang ditekan ini banyak ditemui pada ban pinggang celana pria

POLA KERAH SHANGHAI

Bagi yang belum tau caranya membuat pola Kerah Shanghai, gak usah kuatir, disini aku mau berbagi cara menggambar pola kerah shanghai seperti yang kalian butuhkan. Cara menggambar polanya sangat mudah, yang pertama kali harus dilakukan adalah mengukur lingkar leher baju yang akan dibuatkan pola kerahnya setelah ketemu dibagi dua, nah selanjutnya ikuti aja petunjuk dalam gambar dibawah ini, selamat mencoba....semoga sukses ya...!!!!



CARA MENGGAMBAR POLA DASAR PAKAIAN PRIA DEWASA

Ukuran yang di butuhkan :
Lingkar badan = 86 cm
Lingkar leher = 40 cm
Panjang bahu = 17 cm
Panjang Punggung = 46 cm


























Keterangan pola dasar pria
A - B = adalah ½ lingkar badan.
B - B1 = 3 cm
B1 - D = panjang punggung.
Buat garis empat persegi A – B – D – C
C - F = ½ C - D.
Hubungkan E dan F dengan garis putus-putus.
B - G = 1/lingkar leher ditambah 1 cm, hubungkan B1 dengan G seperti gambar.
B1 - H = ½ ukuran panjang punggung, buat garis horizontal dari H ke
J.
E - E1 = 3 cm, dibuat garis datar kekiri dan kanan.
G - I = ukur panjang bahu
H - H1 = ½ lebar punggung, dibuat garis vertikal sampai garis bahu.
Hubungkan I dengan K seperti gambar (lingkar kerung lengan pola belakang)
A - A1 = 1/lingkar leher ditambah 1 cm.
A - A2 = 1/lingkar leher ditambah 1,5 cm.
Hubungkan A1 dengan A2 seperti gambar (leher bagian muka).
A1 - d = panjang bahu.
J - J1 = ½ lebar muka, dibuat garis vertikal sampai garis bahu di namakan titik d1.
Hubungkan d dengan K seperti gambar (lingkar kerung lengan pola bagian muka)

UNSUR-UNSUR DESAIN BUSANA

Bagi teman-teman yang ingin bisa mendisain busana sendiri, disini saya akan berbagi tentang cara mendisain busana sendiri. Tulisan ini terdiri dari 9 bagian dari mulai mengenal pengertian desain, unsur-unsur desain, cara menggambar bagian-bagian tubuh dalam desain, cara menggambar bagian-bagian busana sampai pada pewarnaan gambar. Semoga artikel ini bisa membantu teman-teman, paling tidak saat mau ke penjahit teman-teman bisa menggambar sendiri model pakaian yang teman-teman inginkan dan si penjahit juga tidak kesulitan untuk memahami model pakaian yang teman-teman maksudkan. Akhirnya Selamat mencoba, dan jangan mudah putus asa ya...!


Unsur-Unsur Desain

Seorang desainer adalah seorang seniman yang mengekspresikan ide dan kreatifitasnya dalam bentuk rancangan busana. Suatu rancangan tercipta melalui suatu proses totalitas berfikir dengan memadukan ilmu seni rupa dengan unsur-unsur lain yang mendukung. Unsur desain merupakan unsur-unsur yang digunakan untuk mewujudkan desain sehingga orang lain dapat membaca desain tersebut. Maksud unsur disini adalah unsur-unsur yang dapat dilihat atau sering disebut dengan unsur visual. Unsur-unsur desain ini terdiri atas garis, arah, bentuk, tekstur, ukuran, value, dan warna. Melalui unsur-unsur visual inilah seorang perancang dapat mewujudkan rancangannya.

1. Garis
Garis merupakan unsur yang paling tua yang digunakan manusia dalam mengungkapkan perasaan atau emosi. Yang dimaksud dengan unsur garis ialah hasil goresan dengan benda keras di atas permukaan benda alam (tanah, pasir, daun, batang, pohon dan sebagainya) dan benda-benda buatan (kertas, dinding, papan dan sebagainya). Melalui goresan-goresan berupa unsur garis tersebut seseorang dapat berkomunikasi dan mengemukakan pola rancangannya kepada orang lain. Ada 2 jenis garis sebagai dasar dalam pembuatan bermacam-macam garis, yaitu:
a. Garis Lurus
Garis lurus adalah garis yang jarak antara ujung dan pangkalnya mengambil jarak yang paling pendek. Garis lurus merupakan dasar untuk membuat garis patah dan bentuk-bentuk bersudut. Apabila diperhatikan dengan baik, akan terasa bahwa macam-macam garis ini memberikan kesan yang berbeda pula. Kesan yang ditimbulkan garis ini disebut watak garis.
b. Garis Lengkung
Garis lengkung adalah jarak terpanjang yang menghubungkan dua titik atau lebih. Garis lengkung ini berwatak lebih dinamis dan luwes.












Setiap garis memberi kesan tertentu yang dinamakan sifat/watak garis. Adapun sifat-sifat dari garis, yaitu:
a. Sifat Garis Lurus
Garis lurus mempunyai sifat kaku dan memberi kesan kokoh, sungguh-sungguh dan keras, namun dengan adanya arah sifat garis dapat berubah seperti:
1) Garis lurus tegak memberikan kesan keluhuran
2) Garis lurus mendatar memberikan kesan tenang
3) Garis lurus miring/diagonal merupakan kombinasi dari sifat garis vertikal
dan horizontal yang mempunyai sifat lebih hidup (dinamis).
b. Sifat Garis Lengkung
Garis lengkung memberi kesan luwes, kadang-kadang bersifat riang dan gembira. Dalam bidang busana garis mempunyai fungsi:
1) Membatasi bentuk struktur atau siluet.
2) Membagi bentuk struktur ke dalam bagian-bagian pakaian untuk menentukan model pakaian.
3) Memberikan arah dan pergerakan model untuk menutupi kekurangan bentuk tubuh, seperti garis princes, garis empire, dan lain-lain.

2. Arah
Pada benda apa pun, dapat kita rasakan adanya arah tertentu, misalnya mendatar, tegak lurus, miring, dan sebagainya. Arah ini dapat dilihat dan dirasakan keberadaannya. Hal ini sering dimanfaatkan dalam merancang benda dengan tujuan tertentu. Misalnya dalam rancangan busana, unsur arah pada motif bahannya dapat digunakan untuk mengubah penampilan dan bentuk tubuh si pemakai. Pada bentuk tubuh gemuk, sebaiknya menghindari arah mendatar karena dapat menimbulkan kesan melebarkan. Begitu juga dalam pemilihan model pakaian, garis hias yang digunakan dapat berupa garis princes atau garis tegak lurus yang dapat memberi kesan meninggikan atau mengecilkan orang yang bertubuh gemuk tersebut.


3. Bentuk
Setiap benda mempunyai bentuk. Bentuk adalah hasil hubungan dari beberapa garis yang mempunyai area atau bidang dua dimensi (shape). Apabila bidang tersebut disusun dalam suatu ruang, maka terjadilah bentuk tiga dimensi atau form. Jadi, bentuk dua dimensi adalah bentuk perencanaan secara lengkap untuk benda atau barang datar (dipakai untuk benda yang memiliki ukuran panjang dan lebar), sedangkan tiga dimensi adalah yang memiliki panjang, lebar dan tinggi.
Berdasarkan jenisnya, bentuk terdiri atas bentuk naturalis atau bentuk organik, bentuk geometris, bentuk dekoratif dan bentuk abstrak. Bentuk naturalis adalah bentuk yang berasal dari bentuk-bentuk alam seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan bentukbentuk alam lainnya. Bentuk geometris adalah bentuk yang dapat diukur dengan alat pegukur dan mempunyai bentuk yang teratur, contohnya bentuk segi empat, segi tiga, bujur sangkar, kerucut, lingkaran, dan lain sebagainya. Sedangkan bentuk dekoratif merupakan bentuk yang sudah diubah dari bentuk asli melalui proses stilasi atau stilir yang masih ada ciri khas bentuk aslinya. Bentuk-bentuk ini dapat berupa ragam hias pada sulaman atau hiasan lainnya yang mana bentuknya sudah tidak seperti bentuk sebenarnya. Bentuk ini lebih banyak dipakai untuk menghias bidang atau benda tertentu. Bentuk abstak merupakan bentuk yang tidak terikat pada bentuk apa pun, tetapi tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip desain.

4. Ukuran
Ukuran merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi desain pakaian ataupun benda lainnya. Unsur-unsur yang dipergunakan dalam suatu desain hendaklah diatur ukurannya dengan baik agar desain tersebut memperlihatkan keseimbangan. Apabila ukurannya tidak seimbang, maka desain yang dihasilkannya akan kelihatan kurang baik. Misalnya dalam menata busana untuk seseorang, orang yang bertubuh kecil mungil sebaiknya tidak menggunakan tas atau aksesories yang terlalu besar karena terlihat tidak seimbang.

5. Tekstur
Setiap benda mempunyai permukaan yang berbeda-beda, ada yang halus dan ada yang kasar. Tekstur merupakan keadaan permukaan suatu benda atau kesan yang timbul dari apa yang terlihat pada permukaan benda. Tekstur ini dapat diketahui dengan cara melihat atau meraba. Dengan melihat akan tampak pemukaan suatu benda misalnya berkilau, bercahaya, kusam tembus terang, kaku, lemas, dan lain-lain. Sedangkan dengan meraba akan diketahui apakah permukaan suatu benda kasar, halus, tipis, tebal ataupun licin. Tekstur yang bercahaya atau berkilau dapat membuat seseorang kelihatan lebih besar (gemuk), maka bahan tekstil yang bercahaya lebih cocok dipakai oleh orang yang bertubuh kurus sehingga terlihat lebih gemuk. Tekstur bahan yang tembus terang seperti siffon, brokat dan lain-lain kurang cocok dipakai oleh orang yang berbadan gemuk karena memberi kesan bertambah gemuk.

6. Value (Nada Gelap dan Terang)
Benda hanya dapat terlihat karena adanya cahaya, baik cahaya alam maupun cahaya buatan. Jika diamati pada suatu benda terlihat bahwa bagian-bagian permukaan benda tidak diterpa oleh cahaya secara merata, ada bagian yang terang dan ada bagian yang gelap. Hal ini menimbulkan adanya nada gelap terang pada permukaan benda. Nada gelap terang ini disebut dengan istilah value.










7. Warna
Warna merupakan unsur desain yang paling menonjol. Dengan adanya warna menjadikan suatu benda dapat dilihat. Selain itu, warna juga dapat mengungkapkan suasana perasaan atau watak benda yang dirancang. Warna dapat menunjukkan sifat dan watak yang berbeda-beda, bahkan mempunyai variasi yang sangat banyak, yaitu warna muda, warna tua, warna terang, warna gelap, warna redup, dan warna cemerlang. Sedangkan dilihat dari sumbernya, ada warna merah, biru, kuning, hijau, orange, dan lain sebagainya. Tetapi jika disebut warna panas, warna dingin, warna lembut, warna ringan, warna sedih, warna gembira dan sebagainya, ini disebut juga
dengan watak warna.
Warna-warna tua atau warna hitam dapat memberi kesan berat dan menyusutkan  bentuk. Oleh karena itu, apabila kita menata busana untuk seseorang, hendaklah disesuaikan dengan orang tersebut. Misalnya orang yang bertubuh gemuk hendaklah dipilih warna yang tidak terlalu cerah atau warna-warna redup karena warna ini dapat menyusutkan bentuk tubuh yang gemuk tersebut.

a. Pengelompokan warna
Ada  bermacam-macam teori yang berkembang mengenai warna, di antaranya teori Oswolk, Mussel, Prang, Buwster, dan lain-lain. Dari bermacam-macam teori ini yang lazim dipergunakan dalam desain busana dan mudah dalam proses pencampurannya adalah teori warna Prang karena kesederhanaannya. Prang mengelompokkan warna menjadi lima  bagian, yakni warna primer,sekunder, intermedier, tertier, dan kuarter.


















1) Warna primer, warna ini disebut juga dengan warna dasar atau pokok karena warna ini tidak dapat diperoleh dengan pencampuran hue lain. Warna primer terdiri dari merah, kuning, dan biru.















2) Warna sekunder, warna ini merupakan hasil pencampuran dari dua warna primer. Warna sekunder terdiri terdiri dari orange, hijau, dan ungu.
a) Warna orange merupakan hasil dari pencampuran warna merah dan warna kuning.
b) Warna hijau merupakan pencampuran dari warna kuning dan biru.
c) Warna ungu adalah hasil pencampuran merah dan biru.
















3) Warna intermediet, warna ini dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan mencampurkan warna primer dengan warna sekunder yang berdekatan dalam lingkaran warna atau dengan cara mencampurkan dua warna primer dengan perbandingan 1:2.
a) Kuning hijau (KH) 
    adalah hasil pencampuran dari kuning ditambah hijau  atau dua bagian kuning ditambah satu bagian biru (K+K+B)
b) Biru hijau (BH) 
    adalah hasil pencampuran biru ditambah hijau  atau dua bagian biru di tambah satu bagian kuning (B+B+K)
c) Biru ungu (BU) 
    adalah hasil pencampuran biru dengan ungu atau pencampuran dua bagian biru dengan satu bagian merah (B+B+M).
d) Merah ungu (MU) 
    adalah hasil pencampuran merah dengan ungu atau pencampuran dua bagian merah dan satu bagian biru (M+M+B)
e) Merah orange (MO) 
    adalah hasil pencampuran merah dengan orange atau pencampuran dua bagian merah dan satu bagian kuning (M+M+K)
f) Kuning orange (KO) 
    adalah hasil pencampuran kuning dengan orange atau pencampuran dua bagian kuning dan satu bagian merah (K+K+M)

4Warna tertier
Warna tertier adalah warna yang terjadi apabila dua warna sekunder dicampur. Warna tertier ada tiga, yaitu tertier biru, tertier merah, dan tertier kuning.
a) Tertier biru adalah hasil pencampuran ungu dengan hijau.
b) Tertier merah adalah hasil pencampuran orange dengan ungu.
c) Tertier kuning adalah hasil pencampuran hijau dengan orange.

5) Warna kwarter
Warna kwarter adalah warna yang dihasilkan oleh pencampuran dua warna tertier. Warna kwarter ada tiga, yaitu kwarter hijau, kwarter orange, dan kwarter ungu.
a) Kwarter hijau terjadi karena percampuran tertier biru dengan tertier kuning.
b) Kwarter orange terjadi karena percampuran tertier merah dengan tertier kuning.
c) Kwarter ungu terjadi karena percampuran tertier merah dengan tertier biru.
b. Pembagian Warna Menurut Sifatnya
Warna menurut sifatnya dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu sifat panas dan dingin atau hue dari suatu warna, sifat terang dan gelap atau value warna, serta sifat terang dan kusam atau intensitas dari warna.
1) Sifat panas dan dingin
Sifat panas dan dingin suatu warna sangat dipengaruhi oleh huenya. Hue merupakan suatu istilah yang dipakai untuk membedakan suatu warna dengan warna yang lainnya, seperti merah, kuning, biru, dan lainnya. Perbedaan antara merah dan kuning ini adalah perbedaan huenya. Hue darisuatu warna mempunyai sifat panas dan dingin. Warna-warna panas adalah
warna yang berada pada bagian kiri dalam lingkaran warna, yang termasuk dalam warna panas ini yaitu warna yang mengandung unsur merah, kuning, dan jingga. Warna panas ini memberi kesan berarti agresif, menyerang, membangkitkan, gembira, semangat, dan menonjol. Sedangkan warna yang mengandung unsur hijau, biru, ungu disebut warna dingin. Warna dingin lebih bersifat tenang, pasif, tenggelam, melankolis, serta kurang menarik perhatian.
2) Sifat terang dan gelap
Sifat terang dan gelap suatu warna disebut dengan value warna. Value warna ini terdiri atas beberapa tingkat. Untuk mendapatkan value ke arah yang lebih tua dari warna aslinya disebut dengan shade, dilakukan dengan penambahan warna hitam. Sedangkan untuk warna yang lebih muda disebut dengan tint, dilakukan dengan penambahan warna putih.
3) Sifat terang dan kusam
Sifat terang dan kusam suatu warna dipengaruhi oleh kekuatan warna atau intensitasnya. Warna-warna yang mempunyai intensitas kuat akan kelihatan lebih terang, sedangkan warna yang mempunyai intensitas lemah akan terlihat kusam.
c. Kombinasi Warna
Dari berbagai warna yang sudah ada, besar kemungkinan belum ditemui warna yang diinginkan. Oleh sebab itu, warna ini perlu dikombinasikan. Mengkombinasikan warna berarti meletakkan dua warna atau lebih secara berjejer atau bersebelahan. Jenis-jenis kombinasi warna dapat dikelompokkan atas:
1) Kombinasi monokromatis atau kombinasi satu warna yaitu kombinasi satu warna dengan value yang berbeda. Misalnya merah muda dengan merah, hijau muda dengan hijau tua, dll. seperti di bawah ini:




2) Kombinasi analogus yaitu kombinasi warna yang berdekatan letaknya dalam lingkaran warna. Seperti merah dengan merah keorenan, hijau dengan biru kehijauan, dll.







3) Kombinasi warna komplementer yaitu kombinasi warna yang bertentangan letaknya dalam lingkaran warna, seperti merah dengan hijau, biru dengan orange dan kuning dengan ungu.







4) Kombinasi warna split komplementer yaitu kombinasi warna yang terletak pada semua titik yang membentuk huruf Y pada lingkaran warna. Misalnya kuning dengan merah keunguan dan biru keunguan, biru dengan merah keorenan dan kuning keorenan, dan lain-lain.
5) Kombinasi warna double komplementer yaitu kombinasi sepasang warna yang berdampingan dengan sepasang komplementernya. Misalnya kuning orange dan biru ungu.
6) Kombinasi warna segitiga yaitu kombinasi warna yang membentuk segitiga dalam lingkaran warna. Misalnya merah, kuning dan biru. Orange, hijau, dan ungu. Kombinasi warna monokromatis dan kombinasi warna analogus di atas disebut kombinasi warna harmonis, sedangkan kombinasi warna komplementer, split komplementer, double komplementer dan segitiga disebut juga kombinasi warna kontras